KARYA ILMIAH DAN KARYA NON ILMIAH


1. KARYA ILMIAH

1.1 PENGERTIAN KARYA ILMIAH.

Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyrakat keilmuan.

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi, atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif danjujur dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori dan bukti-bukti empiric.

1.2 CIRI-CIRI KARYA ILMIAH

a. Empiris : Merupakan pembahasan suatu hasil penelitian

b. Bersifat metodis dan sistematis. Dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol secara tertib dan rapi.

c. Objektif, bebas dari prasangkan perorangan/pribadi.

d. Analitis, tulisan ilimiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian yang lebih rinci.

e. Verifikatif, mengandung kebenaran ilmiah yang dapat diuji.

1.3 SIKAP ILMIAH

Sikap juga merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan. Dimana tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak, dari suatu tindakan yang dilakukannya.

Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih sesuatu. Efek sikap ini dapat diamati dalam reaksi pembelajar (positif atau negatif). Sikap juga merupakan salah satu dari enam faktor yang memotivasi belajar. Sikap dalam hal ini adalah suatu kombinasi, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau obyek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Kurniadi (1988) dikutip dari pendapat M. O. Edward yang merumuskan perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan) berikut :
I : Imagination (imajinasi).
D : Data (Fakta).
E : Evaluation (evaliuasi).
A : Action (tindakan).

Adapun sikap ilmiah secara umum adalah sebagai berikut :

· sikap ingin tahu

Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa, kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

· Sikap kritis

Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan, Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

· Sikap obyektif

Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

· Sikap ingin menemukan

Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif, selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

· Sikap menghargai karya orang lain

Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

· Sikap tekun

Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai, terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

· Sikap terbuka

Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

1.4 MACAM-MACAM KARYA ILMIAH

· Artikel ilmiah

Karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan artikel, di tulis dengan tatacara ilmiah dan disesuaikan dengan konversi ilmiah yang berlaku.

· Makalah ilmiah

Karya tulis yang memuat hasil pemikiran tentang masalah, di susun secara sistematis dan runtut dan disertai analisis yang logis dan objektif.

· Laporan penelitian

Karya tulis yang berisi paparan proses dan hasil penelitian.

2. KARYA NON ILMIAH

2.1 PENGERTIAN

Karya non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi , umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bias konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.

2.2 Ciri-ciri karya non ilmiah

· Emotif

kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.

· Persuasi

penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.

· Deskriptif

pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.

· Kritik tanpa dukungan bukti.

2.3 Macam-macam karya non ilmiah

· Dongeng

Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.

· Cerpen

Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

· Novel

Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.

· Drama

Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

· Roman

Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

sumber :

http://id.wikipedia.org

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah.html

http://fpmipa.upi.edu/bi/pdf/Karya%20ilmiah.pdf

http://veblue.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah.html

PENALARAN DEDUKTIF

1. PENGERTIAN PENELARAN SECARA UMUM


1.1 PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI

Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.

Menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.

jadi, Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasikan sejumlah konsep dan pengertian.

2. PENALARAN DEDUKTIF

2.1 PENGERTIAN PENALARAN DEDUKTIF

Adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang karenanya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hokum, teori atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas. Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerakk dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Contoh :

Sebuah sistem generalisasi.

Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

3. MACAM MACAM PENALARAN DEDUKTIF

3.1 SILOGISME.

3.1.1 PENGERTIAN SILOGISME.

Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang mengandung unsure yang sama, dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga, yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.

Contoh :

P1 : semua manusia pasti akan meninggal

P2 : Budi adalah manusia

K : Budi pasti meninggal

3.2 MACAM-MACAM SILOGISME

Penyimpulan deduksi yang telah kita ketahui sekedarnya dapat kita laksanakan melalui teknik-teknik, silogisme kategori baik melalui bentuk standardnya maupun bukan, silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung dikatakan demikian karena dalam silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya di ambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu. Berikut adalah macam-macam Silogisme yang terdapat dalam penalaran deduktif yaitu :

· Silogisme kategorik

· Silogisme hipotekik ,

· Silogisme disyungtif

· SILOGISME KATEGORIK

Merupakan silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik, demi sebuah kesimpulan maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau sinjuler , tetapi juga proporsisi universal tetapi ia diletakan dibawah aturan pangkalan umumnya.

Silogisme kategorik bisa disebut juga silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

Contoh :

Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal

· SILOGISME HIPOTESIS

Adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari terem antecindent atau terem konsecwen premis mayornya.

Silogisme hipotesis yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi conditional hipotesis.


Contoh :


My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

· SILOGISME ALTERNATIF

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative.

Proposisi alternative yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya menolak alternative yang lain.

Contoh :

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.

K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung

4. ENTIMEM

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh entimen:

1) Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

2) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima.

Referensi :

http://hadirukiyah2.blogspot.com/2009/09/silogisme-pengertian-bagian-bagian-dan.html

http://arifsubarkah.wordpress.com/2010/04/14/macam-macam-silogisme/

http://nopi-dayat.blogspot.com/2010/03/penalaran-deduktif.html

http://shavie140188.blogspot.com/2009/06/silogisme.html

PENALARAN INDUKTIF

1. PENGERTIAN PENELARAN SECARA UMUM

1.1 PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI

Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.

Menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.

jadi, Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasikan sejumlah konsep dan pengertian.

2. PENGERTIAN PENALARAN INDUKTIF

Proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atausikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakat-fakat yang bersifat khusus, prorsesnya disebut dengan induksi.

3. JENIS-JENIS PENALARAN INDUKTIF

3.1 GENERALISASI

Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu.

Contoh :

Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

3.2 MACAM-MACAM GENERALISASI

Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2,

yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (

Gorys Keraf, 1994 : 44-45)

3.2 .1 GENERALISASI TANPA LONCATAN INDUKTIF

Adalah sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.

Contoh :

Untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.

3.2.2 GENERALISASI DENGAN LONCATAN INDUKSI

Adalah suatu generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.

Contoh :

Bila ahli-ahli filologi Eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai bahasa-bahasa Ido-German kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa.

3.3 ANALOGI

3.3.1 PENGERTIAN ANALOGI

proses pengambilan kesimpulan berdasarkan kesamaaan data atau fakta. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.

3.3.2 TUJUAN ANALOGI

· Di gunakan untuk meramalkan kesamaan.

· Dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.

· Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.

4. KAUSAL

4.1 PENGERTIAN KAUSAL.

Kausal adalah merupakan prinsip sebab-akibat yang di haruri dan pasti antara gejala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.

Contohnya

pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

4.2 TUJUAN KAUSAL

Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola:

· Sebab ke akibat :dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek

· Akibat ke sebab: dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat

· Akibat ke akibat: dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat

REFERENSI

http://www.taqdire.web.id/2010/02/penalaran-induktif.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

ttp://id.wikipedia.org/wiki/Penalara

http://afirmanto.blogspot.com/2010/05/generalisasi.htm

http://zanang.wordpress.com/2010/11/12/penalaransilogisme/

http://www.taqdire.web.id/2010/02/penalaran-induktif.html

MUSIC


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com